PROBOLINGGO|| SOROTNEWS24.COM – Desa Pondok Kelor Kecamatan Paiton terus menarik perhatian melalui produk unggulan berbahan dasar kunyit asam yang dikenal dengan nama Pelka’. Minuman ini dikelola oleh ibu-ibu PKK yang diketuai oleh Esti Alfian Ning Tiyas, menjadikannya simbol pemberdayaan ekonomi berbasis kearifan lokal. Tak hanya diminati masyarakat, Pelka’ kini mulai menembus pasar nasional.
Fredericks Ade Candra, Kepala Desa Pondok Kelor, menyampaikan perjalanan Pelka’ dari produk rumahan hingga menjadi kebanggaan desa. “Pemasarannya sudah dilakukan lewat media sosial. Minuman ini juga sering dipesan untuk berbagai acara seperti pernikahan, rapat, hingga pertemuan lainnya. Rencana kami, Pelka’ akan masuk e-katalog pemerintah daerah sebagai bagian dari dukungan terhadap UMKM lokal,” ujar Fredericks saat ditemui di kantornya, Rabu (20/11/2024).
Prestasi di Berbagai Ajang
Pelka’ bukan sekadar produk desa. Ia telah mencetak prestasi di berbagai kompetisi, baik tingkat kecamatan maupun kabupaten. “Di tingkat kecamatan, kami selalu juara. Bahkan di kabupaten, Pelka’ berhasil meraih juara harapan. Produk ini juga pernah dibawa ke ajang nasional,” katanya.
Meski telah mendapat pengakuan, Fredericks menyatakan masih banyak yang harus dikembangkan. “Tahun depan, kami berencana membangun rumah produksi yang lebih layak. Selain itu, kami berharap pemerintah daerah lebih mendukung UMKM seperti Pelka’, karena UMKM adalah motor penggerak ekonomi dari bawah,” tambahnya.
Pemberdayaan Perempuan di Balik Pelka’
Keberhasilan Pelka’ tidak lepas dari peran aktif ibu-ibu PKK Desa Pondok Kelor. Saat ini, 25 orang terlibat dalam proses produksi dengan jadwal kerja bergiliran. “Setiap hari ada lima orang yang bekerja. Dalam sehari, kami bisa memproduksi lebih dari 1.000 botol,” jelas Fredericks.
Pelka’ tersedia dalam beberapa ukuran kemasan, mulai dari botol kecil 250 ml dengan harga Rp2.500, hingga botol 1 liter. Harga yang terjangkau ini menjadikan Pelka dapat dinikmati oleh berbagai kalangan.
Tantangan Produksi dan Kemitraan
Pelka’ telah masuk ke toko-toko lokal di sekitar Paiton, namun produksi masih menjadi tantangan. “Permintaan sangat banyak, tapi kami harus membatasi distribusi hingga 500 botol per hari agar stok dan kualitas tetap terjaga,” ungkapnya.
Ke depan, Desa Pondok Kelor tengah mempersiapkan rumah produksi yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas sekaligus memberi dampak ekonomi lebih luas bagi warga sekitar. “Kami ingin lebih banyak warga, terutama ibu-ibu, terlibat dan menjadi produktif,” ujar Fredericks.
Produk Lokal Ramah Lingkungan
Selain Pelka’, desa ini juga memproduksi bawang goreng, kue berbahan kelor, serta mengembangkan susu kurma alami. Seluruh produk dibuat tanpa bahan pengawet, menjadikannya pilihan sehat sekaligus ramah lingkungan.
Pelka’ tidak hanya menjadi minuman herbal, tetapi juga bukti nyata bahwa inovasi berbasis lokal mampu bersaing di pasar yang lebih luas. Di balik botol Pelka’, ada cerita kerja keras, pemberdayaan perempuan, dan semangat mengembangkan desa. Desa Pondok Kelor kini menjadi bukti bahwa kemajuan dapat diraih dari desa kecil dengan potensi besar.