Isu Perekrutan PSS Diterpa Kolusi dan Transaksional di Pemilukada 2024

KPU Lantik PPS se-Tapteng, Wahid : Tetap Berkerja Secara Profesional

SOROTNEWS24.COM TAPTENG  – Aroma suap dan kolusi merebak dalam rekrutmen anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS) untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota, pada Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2024.

Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan, setiap calon PPS yang ingin lulus diduga harus merogoh kocek jutaan rupiah plus ‘beking’ orang dalam. Memuluskan aksinya, oknum Komisioner KPU ini memanfaatkan pihak ketiga untuk memungut dugaan uang suap dari calon PPS yang ingin lulus.

“Untuk lulus menjadi badan ad hoc anggota PPS harus menyiapkan uang pelicin sekitar 1,5 juta rupiah,” ujar salah seorang calon anggota PPS, yang mewanti-wanti namanya tidak dituliskan, Rabu (29/05/24).

Dugaan transaksional dan kolusi pada rekrutmen badan adhoc di Tapteng menjadi perbincangan hangat di Tengah-tengah masyarakat. Tidak hanya itu, aroma transaksional dan kolusi makin terasa dengan banyaknya komentar miring di media sosial facebook.

Baca Juga:  Gelar Baksos ke Rumah Ibadah,Polres Rohil Bersama Polsek Bagan Sinembah Hari Bhayangkara ke-78

Postingan penetapan hasil seleksi calon Anggota PPS untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota, pada Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2024, di akun facebook KPU Kabupaten Tapanuli Tengah, yang diunggah pada tanggal 25 Mei 2024, diserbu netizen sembari menghadiahi komentar bernada miring.

Tidak hanya sekedar untuk melampiaskan kekesalan, netizen yang ditenggarai calon PPS yang tidak terpilih ini, menjadikan postingan akun facebook KPU Kabupaten Tapanuli sebagai bahan tertawaan dan olok-olokan.

“Terimakasih kepada KPU Tapteng dan PPK Manduamas. Karena tidak memilih saya. Itu dikarenakan uang sinamot (setoran) saya tdk mau bayar,” koar akun facebook Joslim Limbong.

“Saya sendiri nilai tertinggi di Kec. Sirandorung gk lolos dgn nilai 46. Percuma ujian, klo begini caranya. Naoto dipamonang, namalo dipatalu (yang kalah dimenangkan, yang pintar dikalahkan)” celoteh akun facebook Ra Mar.

Baca Juga:  Kerja Sama dengan JICA, Dirjen PTPP Harap Pengelolaan Pertanahan Semakin Inovatif dan Berdampak

“Kan sudah disuruh bayar nanti 1,5 ikat/1,7ikat/2ikat utk pps. Kalau gk mau bayar ya kalah,” cuit akun Rynz Gaze.

“Coba dijelaskan satu saja kejujuran KPU dalam merekrut anggotanya wkwkww. Tanpa uang dan orang dalam jangan berharap masuk, sudahi lah,” timpal akun facebook yang menamakan diri Ari Andele Pasaribu Bondar.

Selain menghujat dan bersumpah serapah, ada juga netizen yang menyarankan calon PPS yang tidak lulus untuk legowo dan bersabar. Bahkan beberapa diantaranya juga memberi ucapan selamat kepada KPU Tapteng dengan sedikit nada menyindir.

Selain menyerbu media sosial facebook KPU Tapteng, banyak juga netizen yang menumpahkan kekesalannya di dinding facebook masing-masing. Salah satunya akun facebook yang menamakan dirinya Hoby Siregar Silali. Fostingan berbahasa batak ini ditanggapi dengan ragam komentar.

“Nga umborat mambuat PPS sian TNI, bolo mambuat TNI juara 1 wajib lolos. Alai bolo PPS juara 1 kalah. Didia do parsalah ni i ate dongan (Udah lebih berat mengambil TNI, kalau mengambil TNI juara 1 wajib lolos. Tapi kalau PPS juara 1 kalah. Dimananya kesalahannya itu kawan-kawan,” kicau Hoby Siregar Silali.

Baca Juga:  Laporkan Paslon Cabup dan Jurkam di Rohil, Atas Dugaan Pelanggaran Kampanye ke Bawaslu

Komisioner KPU Tapteng Divisi SDM dan Parmas, Fahri Zulamin Rambe yang dikonfirmasi di kantornya, membantah isu kolusi dan transaksional yang beredar. Menurutnya, perekrutan PPS dilakukan secara profesional, terbuka dan akuntabel. Untuk seluruh tahapan, KPU Tapteng selalu meminta tanggapan serta masukan dari masyarakat

“Isu yang beredar tidak bisa dipertanggungjawabkan. Perekrutan badan adhoc PPS dilakukan secara terbuka. Kami pastikan tidak ada neko-neko dalam hal perekrutan. Artinya,
kami sudah melakukan perekrutan secara profesional. Kawan-kawan media agar lebih bijak memilah apa yang terjadi sebenarnya di lapangan,” jawabnya.(red/mr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *